Kedewasaan sering dianggap sebagai sesuatu yang datang seiring bertambahnya usia, tetapi maknanya jauh lebih dalam dari sekedar ulang tahun. Kedewasaan melibatkan pemahaman emosi, nilai-nilai, dan reaksi seseorang, serta kesadaran diri akan kekuatan dan kekurangannya. Kedewasaan berarti membimbing tindakan seseorang bukan hanya berdasarkan dorongan hati atau ekspektasi orang lain, tetapi juga berdasarkan faktor mental, emosional, moral, dan terkadang spiritual.
Individu yang dewasa cenderung merespons daripada bereaksi, merenung dan tidak terburu-buru. Mereka cenderung memiliki kehidupan batin yang lebih stabil, mampu menghadapi kesulitan dan menghargai kebahagiaan kecil. Dan mereka menjaga keseimbangan antara merawat diri sendiri dan merawat orang lain.
BOCAH TIDAK PUNYA INI!
Salah satu ciri utama orang yang dewasa adalah stabilitas emosionalnya, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaan seperti frustrasi, kekecewaan, dan kecemasan tanpa membiarkannya mengontrol perilaku. Alih-alih bereaksi secara eksplosif, orang yang dewasa berhenti sejenak, merenung, lalu merespons dengan cara yang konsisten dan sejalan dengan nilai-nilai mereka. Ini bukan berarti memendam perasaan; melainkan mengenalinya, mengakuinya, dan memilih tindakan yang selaras.
Ciri lainnya adalah empati dan cara pandang. Individu yang dewasa mampu menempatkan diri pada posisi orang lain, memahami berbagai sudut pandang, dan merespons dengan empati. Hal ini membantu membangun hubungan yang kuat, menyelesaikan konflik, dan menghindari kesalahpahaman. Orang yang dewasa juga memiliki kerendahan hati. Tidak perlu selalu benar, namun mampu mengakui kesalahan, dan bersedia belajar.
Kemandirian dalam pengambilan keputusan juga merupakan ciri seseorang yang dewasa. Orang yang dewasa bertanggung jawab atas pilihan mereka, alih-alih menyalahkan faktor eksternal atau orang lain. Mereka berpikir dalam jangka panjang, memiliki komitmen, dan mempertimbangkan konsekuensi. Selain itu, mereka menjaga konsistensi. Dapat diandalkan dan menepati janji.
DEWASA DALAM KESEHARIAN
Dalam hubungan, kedewasaan erwujud dalam mendengarkan secara mendalam dan penuh rasa hormat, bahkan ketika seseorang ttidak sependapat. Ini berarti bermurah hati dalam memaafkan, tetapi juga memiliki kejelasan tentang batasan. Ini berarti memperlakukan orang lain dengan baik, memperhatikan perasaan mereka, namun tidak mengorbankan diri sendiri atau mengorbankan nilai-nilai.
Di tempat kerja maupun dalam kehidupan profesional, kedewasaan ditunjukkan dengan konsisten melakukan apa yang Anda janjikan, menepati janji bahkan ketika motivasi sedang menurun. Menerima kritik sebagai potensi pertumbuhan, bukan sebagai serangan. Mengetahui kapan harus memimpin dan kapan harus mengikuti, bertanggung jawab, dan mengakui kesalahan.
Dalam kehidupan pribadi, kedewasaan berarti merawat diri sendiri tanpa egois. Artinya menyadari kapan Anda membutuhkan istirahat, ruang, atau dukungan, dan melakukan apa yang membantu. Selain itu, menyadari kebiasaan, impuls, dan pola yang mungkin merugikan Anda atau orang lain dan bersedia untuk berubah. Memahami bahwa pertumbuhan, penyembuhan, dan kemajuan seringkali membutuhkan waktu.
KEDEWASAAN ADALAH PERJUANGAN
Kedewasaan seringkali tumbuh dari kesulitan, kehilangan, kegagalan, konflik. Pada saat-saat ketika keyakinan kita ditantang, ketika kita merasa terluka atau tersesat, kita dipaksa untuk melihat ke dalam diri. Pertumbuhan tidak selalu terasa nyaman, bahkan seringkali terasa seperti melepaskan kulit dari tubuh, melepaskan ilusi, dan menghadapi kebenaran yang ingin kita hindari. Namun justru itulah yang mendewasakan kita.
Tantangan lainnya adalah tetap konsisten meski di bawah tekanan. Mudah untuk berperilaku “dewasa” ketika segala sesuatunya berjalan baik, tetapi ketika berada di bawah tekanan, ketika kita merasa terancam, ditolak, takut, dan rasa tidak aman, reaksi kita yang lebih kekanak-kanakan muncul. Kedewasaan menuntut kita untuk mengembangkan kebiasaan, refleksi diri, dan kesadaran, sehingga karakter kita menjadi lebih matang.Selain itu, kedewasaan membutuhkan orang lain. Teman, mentor, keluarga untuk memberi feedback dan mengingatkan di mana kita gagal. Feedback, bahkan feedback yang keras, merupakan sesuatu yang berharga dalam proses kedewasaan. Namun, ini mengandung risiko. Membuat kita menjadi rentan dan dapat mudah terluka. Risiko-risiko ini merupakan bagian dari pertumbuhan.
TUMBUHKAN KEDEWASAAN ANDA
Mulailah dengan refleksi diri seperti menulis jurnal, berlatih mindfulness, atau percakapan jujur dengan teman-teman terpercaya dapat membantu Anda menyadari pemicu emosional, respon otomatis, nilai-nilai, dan pola Anda. Tanyakan: “Apa yang membuat saya merasa seperti ini?”, “Bagaimana saya merespons?”, “Mungkinkah saya merespons secara berbeda?”. Seiring waktu, refleksi ini akan membangun kesadaran, yang merupakan fondasi kedewasaan emosi.
Praktikkan regulasi emosi. Ketika Anda merasakan emosi yang kuat, berhentilah sejenak. Bernapaslah, ambil waktu, pertimbangkan respons apa saja yang mungkin daripada bertindak impulsif. Cobalah berkomunikasi secara asertif ketimbng agresif atau pasif. Seiring waktu, ini akan membangun ketahanan dan konsistensi Anda.
Terakhir, berinvestasilah pada orang lain dan diri Anda sendiri. Pilihlah hubungan yang membuat Anda berkembang; mintalah feedback ketika Anda gagal, belajarlah berempati dengan mendengarkan secara mendalam, terimalah bantuan ketika dibutuhkan. Baca, pelajari, dan tempatkan diri Anda di berbagai perspektif. Kedewasaan emosional tidak bisa diraih sendirian. Mulailah hari ini dengan merenungkan pola emosional Anda, lakukan tindakan-tindakan kecil setiap hari untuk bertumbuh, dan hubungi seseorang yang akan mendukung perjalanan Anda.
REGISTER OUR NEXT EVENT!

Friska Setiokoadiputro
Project Director Pemenang Jiwa. Sebelum sepenuhnya mendedikasikan diri untuk gerakan Pemenang Jiwa, Friska membangun karir profesionalnya di perusahaan financing nasional selama lebih dari 14 tahun sebagai Data Analyst.